Follow Us :

Dengan shortfall penerimaan pajak Rp 150 triliun, defisit APBNP 2015 bisa melebihi 2,5%
 
JAKARTA. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 membengkak. Bahkan diperkirakan defisit tahun ini akan  lebih besar dari  target pemerintah  sebesar  2,23%. Rendahnya penerimaan pajak menjadi penyebab mengapa defisit APBNP 2015 naik.

Direktur Jenderal  (Dirjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemkeu) Sigit Priadi Pramu-dito melihat, kekurangan penerimaan atau shortfall pajak tahun ini bisa melebar hingga Rp 150 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya yang masih memprediksi Rp 120 triliun.

Angka  ini  juga  lebih  tinggi dari  perkiraan  Menteri  Keuangan Bambang Brojonegoro, akhir pekan lalu, sebesar Rp 130 triliun sampai Rp 140 triliun. Pesimisme ini menyeruak  melihat  proyeksi  pertumbuhan ekonomi tahun ini yang  turun, serta efek melemahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Dengan  shortfall pajak mencapai Rp 150 triliun, Bambang mengaku akan mengelola defisit anggaran dengan sebaik-baiknya. "Berapapun defisit anggarannya, pembiayaan sudah secure," katanya.

Bank  Indonesia  (BI) sebelumnya memperkirakan ekonomi Indonesia kuartal III hanya  tumbuh  sebesar  4,85% dari sebelumnya 4,9%. Dengan demikian,  proyeksi  pertumbuhan  ekonomi  sepanjang 2015  hanya mencapai  4,8%-4,9%.

Angka  itu  jauh  dari asumsi pertumbuhan APBNP 2015 yang sebesar Rp 5,7%. Dengan perkiraan shortfall  penerimaan pajak Rp 150 triliun dan melihat outlook penyerapan belanja negara yang tahun  ini  diperkirakan  hanya sebesar 93% dari pagu APBNP 2015 atau sebesar Rp 1.909,8 triliun, maka defisit anggaran akan mencapai Rp 298,2 triliun atau 2,55% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Jika perhitungan itu benar, maka defisit anggaran  tahun ini kemungkinan  lebih besar dari target APBNP 2015 yang sebesar 1,9% PDB dan bahkan lebih besar dari kenaikan defisit melalui keputusan Menteri Keuangan beberapa bulan lalu yang menaikkan defisit 2015 jadi 2,23% dari PDB.

Dirjen  Anggaran  Kemkeu Askolani mengakui, kenaikan shortfall penerimaan  pajak akan mengerek defisit. Defisit anggaran juga akan dipengaruhi oleh kinerja realisasi belanja negara. "Defisitnya kami belum tahu pasti, karena masih akan terus dimonitor sampai  akhir  2015.

Belum ada angka yang pasti sampai saat ini," katanya, Rabu (21/10). Sebelumnya  Askolani  bilang, pemerintah akan melakukan penghematan anggaran untuk menjaga defisit APBNP 2015 di bawah 2,5% PDB. Askolani yakin defisit tahun ini tidak  akan  mencapai  2,5% PDB karena anggaran belanja kementerian dan lembaga tidak akan terserap 100%.

Untuk  menutupi  defisit, Askolani bilang, pemerintah tidak akan mengandalkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).  Hal  itu  untuk menghindari  guncangan  di pasar SBN. Kemkeu akan menarik  pinjaman multilateral dari dana siaga US$ 2 miliar dan memanfaatkan tambahan pinjaman  multilateral  dari Bank Dunia, Asian Development  Bank,  Badan  Pembangunan  Perancis,  dan Bank Pembangunan  Jerman  sebesar US$ 1,1 miliar.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih  bilang,  defisit  anggaran dalam kisaran 2,5% PDB masih dalam batas aman. Sebab Undang-Undang  mematok defisit  maksimal  3%  PDB.

"Jadi jangan terlalu khawatir kalau defisit 2,5% tidak sehat, asalkan belanja tetap bergulir dan  berimplikasi  di  tahun mendatang," katanya.  

error: Content is protected