Follow Us :

CIREBON, KOMPAS – Kesulitan bahan baku yang terus menghantui industri rotan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, membuat mereka membangun jaringan pengepul dan pencari rotan dari daerah hulu di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Namun usaha mereka terhalang kenaikan pajak hasil hutan.
Kalim, pemilik tiga pabrik pengekspor mebel rotan di Cirebon, Senin (16/4), mengatakan, ia sudah membangun jaringan sendiri dengan penyedia rotan dari Kalimantan, antara lain di Katingan, Kalimantan Tengah.
Dijelaskan, rotan saat ini sukar diperoleh dari penyedia bahan baku di Cirebon, menghindari kendala distribusi dengan membuat jaringan pengepul bahan baku rotan dari Kalimantan.
"Menggantungkan diri pada gudang rotan di Cirebon sudah tidak mungkin lagi. Sementara pesanan mebel dari luar negeri terus berdatangan," ujar Kalim.
Kesulitan bahan baku itu membuat sejumlah pengusaha rotan yang tergabung dalam Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) terpaksa menolak pesanan dari pembeli karena khawatir tak bisa memenuhi pesanan.
"Ada sekitar 10 pengusaha mengeluh kepada saya lantaran harus menolak pesanan pembeli," kata Sumarta, Ketua Asmindo Komisariat Daerah Cirebon.
Kenaikan pajak hasil hutan, telah mengganggu pengusaha pengumpul rotan di Kalbar. Akibatnya, mereka tak bisa mengirim rotan ke sentra industri kerajinan di Jawa karena pajak hasil hutan naik dari Rp 50 per kilogram (kg) menjadi Rp 500 per kg. Padahal, pengumpul sudah telanjur membeli rotan basah kepada para petani.
Salah seorang pengumpul rotan di Kabupaten Ketapang, Muhammad Amin, mengungkapkan, kenaikan tarif oleh Kementerian Perdagangan diketahui para pengumpul, Maret lalu, saat hendak mengambil rotan dari petani. Pengumpul harus membayar pajak ke bank dan menunjukkannya kepada surveyor PT Sucofindo.
Wakil Ketua Asosiasi Rotan Kalimantan Indonesia (ARKI) Rudyzar mengatakan, larangan ekspor bahan baku rotan gagal meningkatkan industri kerajinan dalam negeri . Dengan pajak yang sangat membebani tak ada lagi rotan yang bisa dikirim ke sentra industri di Jawa.
error: Content is protected