Jakarta, (Analisa). Penerimaan pajak tahun ini diprediksi tidak akan mencapai target, di antaranya akibat ekonomi global yang belum membaik. Sementara potensi penerimaan yang seharusnya bisa digenjot di awal tahun, terpaksa belum bisa dicapai akibat masih rendahnya belanja infrastruktur pemerintah.
Berdasarkan laporan terakhir dari Ditjen Pajak yang diterima hingga akhir semester pertama 2015, tercatat penerimaan pajak baru mencapai 41 persen dari total targat pendapatan tahun ini yang dipatok di atas Rp1.400 triliun.
Masih rendahnya setoran pajak ke negara, selain disebabkan faktor eksternal yang merontokkan penerimaan pajak, faktor rendahnya belanja infrastruktur disebut juga menjadi pemantik pajak masih negatif.
Bahkan, Sekretaris Jendral Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Taufik Widjoyono mengatakan, dari total Rp118 triliun yang dialokasikan APBN-P 2015, sekitar 70 persen baru akan digenjot pada 4 bulan terakhir di tahun ini dengan asumsi penyerapan 93 persen.
“Karena itu 4 bulan ke depan memang menjadi waktu yang saat krusial untuk mengejar 70 persen sisa progres, 70 persen artinya sekitar 70 triliun, ini tantangan besar dan ini akan menjadi catatan menjadi indikasi kepercayaan publik yang saat ini yang harus kita bangkitkan,” kata Taufik kepada Ipotnews, Minggu (30/8).
Taufik menambahkan, percepatan lelang dini proyek 2016 yang dilakukan mulai Agustus ini, diharapkan mampu memberikan implikasi positif pada penerimaan pajak tahun depan yang lebih optimal. Terlebih Presiden Jokowi telah mematok target pajak tahun depan hingga Rp1.500 triliun lebih.
“Mudah-mudahan infrastruktur yang kita bangun mampu mendongkrak dari sisi pendapatan Negara,” tukas dia.
Sebelumnya, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR telah melakukan pelelangan dini terhadap 61 paket pekerjaan yang dibiayai dengan Pagu Anggaran 2016. Adapun paket-paket yang dilelang itu merupakan pekerjaan pembangunan jalan, perawatan jalan dan juga pembangunan jembatan.