Follow Us :

JAKARTA. Di tengah kinclong kinerja sektor barang konsumsi selama semester satu, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) justru tampil mengecewakan. Emiten rokok ini membukukan penurunan laba bersih.
 
Kenaikan tarif cukai rokok pada awal tahun 2012 lalu, memukul Gudang Garam. Akibatnya, laba produsen rokok ini terbenam, kendati penjualan masih melaju kencang. "Selain faktor pajak, margin GGRM turun karena kenaikan harga pokok penjualan,"ujar Mitchel Jauwanto, analis Ciptadana Securities.
 
Kenaikan pajak rokok 9%, menurut Octavius Oky Prakarsa, analis Mandiri Sekuritas, baru dirasakan dampaknya oleh produsen rokok pada kuartal II lalu. Menilik historis, penjualan rokok dengan ongkos cukai lama, masih bisa beredar hingga Februari.
 
Tim riset Sucorinvest Central Gani Securities menghitung, kenaikan cukai rokok menyebabkan beban pajak Gudang Garam naik 24%.
 
Pengetatan Regulasi
 
Gudang Garam mengerek harga jual 16%, sedangkan bea cukai akan naik hingga 20%. Buntutnya, laba bersih Gudang Garam tahun ini, diprediksi tergerus 5% year-on-year, menjadi Rp 4,6 triliun.
 
Indonesia sejauh ini masuk dalam jajaran lima besar negara konsumen rokok terbanyak di dunia. Meski begitu, laju pertumbuhan penjualan beberapa tahun terakhir rata-rata hanya 6,7%.
 
Sucorinvest memperkirakan, di masa mendatang konsumsi rokok cuma tumbuh 5% per tahun di Indonesia, akibat regulasi untuk rokok yang semakin ketat.
 
Gudang Garam juga dihadang mahalnya bahan baku, yaitu tembakau. "Harga tembakau dan cengkeh tahun lalu naik tinggi dan dikeluarkan untuk tahun ini,"imbuh Oky.
 
Tahun lalu, harga tembakau mencapai Rp 48.000 per kg. Tembakau berkontribusi 40% dari total biaya bahan baku Gudang Garam.
 
Oky memprediksi kinerja Gudang Garam akan bergerak mendatar di tahun ini. Dia berharap, harga tembaga turun ke kisaran Rp 45.000 hingga Rp 50.000 per kg.
 
Langkah Gudang Garam menggeser fokus penjualan ke rokok kelas mild, dapat dipahami di tengah stagnannya kelas sigaret kretek mesin (SKM). Pertumbuhan penjualan rokok mild Gudang Garam, Pro Mild, pada semester I lalu melejit di atas 100%.
 
Kontribusi rokok mild terhadap pendapatan Gudang Garam diprediksi naik menjadi 8,1%, di tahun ini. Sedang SKM yang mneyumbang 84% pendapatan, diperkirakan menurun menjadi 79,7%.
 
Mitchel menambahkan, meski termasuk bisnis defensif, industri rokok di masa mendatang, menghadapi tantangan berupa semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap bahaya menghisap rokok. Selain itu, regulasi rokok juga kian ketat.
 
Ketatnya regulasi terhadap industri rokok tecermin dari rontoknya produsen-produsen rokok yang tak kuat modal, beberapa tahun terakhir.
 
Toh, Mitchel optimistis kinerja Gudang Garam dalam jangka panjang berpeluang menguat, seiring dengan semakin kuatnya daya beli masyarakat. Dia tetap merekomendasikan buy untuk saham Gudang Garam, yang berkode GGRM dengan target harga Rp 59.750 per saham. Angka itu mencerminkan laba bersih per saham Rp 1.700 di 2012.
 
Tim Secorinvest merekomedasikan hold dengan target harga Rp 54.500. "Prediksi kami, rasio pembayaran dividen Gudang Garam menjadi 40% di tahun-tahun mendatang,"tulis Sucorinvest. Itu bisa menjadi daya tarik saham Gudang Garam.
 
Oky merekomedasi sell untuk GGRM dengan target Rp 48.000 per saham.
error: Content is protected