JAKARTA. Sejumlah emiten properti menyambut baik janji pemerintah untuk memangkas aneka tarif pajak Dana Investasi Real Estate (DIRE), dari 10% menjadi hanya 1,5%.
Tarif pajak ini dinilai menarik ketimbang aturan sebelumnya. Jika aturan ini terwujud, sejumlah emiten berniat menerbitkan DIRE sebagai alternatif pendanaan. Namun, timing masuk ke instrumen itu tergantung pada respons investor dan kondisi pasar modal.
Setelah lama ditunggu, akhirnya pemerintah berjanji memangkas tarif pajak penghasilan (PPh) final untuk DIRE yang berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) dari 5% menjadi 0,5%. Selain itu, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) akan dipangkas dari sebelumnya 5% menjadi 1% (Harian KONTAN, edisi 3 Maret 2016).
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) paling siap menyambut aturan ini. Perseroan sebenarnya sudah lama bermain di instrumen DIRE. Namun LPKR menerbitkan di Singapura lantaran yang dianggap lebih ramah investasi.
LPKR merilis DIRE lewat anak usahanya, First Real Estate Investment Trust (First REIT) dan Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIRT). First REIT telah melantai di Bursa Singapura sejak 2006 dan kini telah memiliki 17 aset, yang meliputi rumah sakit dan rumah jompo senilai total Rp 12 triliun.
Sementara LMIRT listing sejak tahun 2007 dan memiliki 19 mal dan 7 retail space senilai Rp 18 triliun. LPKR tengah memproses penjualan tiga aset ke DIRE Singapura sekitar Rp 1,7 triliun.
Ketut Budi Wijaya, Direktur Utama LPKR, mengaku belum berencana mengalihkan aset lain ke DIRE pada tahun ini. Tapi jika aturan sudah rampung, LPKR siap menjual aset ke DIRE di dalam negeri sebagai salah satu alternatif pendanaan.
Di dalam negeri, LPKR memiliki anak usaha di pengelolaan dana khusus produk Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) dan DIRE, yakni PT Bowsprit Asset Management. Perusahaan ini berencana menerbitkan DIRE tahun ini senilai Rp 1,5 triliun dengan underlying tiga gedung perkantoran dengan luas semi gross mencapai 71.000 m2.
Ketiga aset adalah gedung Lippo Kuningan, Menara Matahari Offi ces Tangerang dan Menara Asia Tangerang. "Begitu aturan keluar, kami langsung IPO," ujar Angli Li, Direktur Utama Bowsprit, belum lama ini.
Emiten lain, yakni PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga menyambut baik janji pemerintah memangkas pajak DIRE.
Tahun ini, sebagai contoh, DILD akan mengeksplorasi DIRE sebagai alternatif pendanaan. Emiten ini telah menyiapkan aset yang berpotensi untuk dialihkan ke DIRE. "Namun, ini tergantung kondisi pasar. Apakah manajer investasinya bisa mencari pembeli," ujar Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan DILD.
Harun Hajadi, Direktur CTRA, menyatakan, CTRA masih akan mempelajari dan belum berencana masuk ke DIRE. "Namun tak menutup kemungkinan kami menerbitkan DIRE jika ternyata pasarnya bagus," kata dia. Veri Y Setiadi, Wakil Direktur Utama APLN, menilai, DIRE merupakan alternatif pendanaan menarik. Perseroan menjajaki mengalihkan mal dan hotelnya ke DIRE.
Tapi dia belum bisa memastikan APLN merilis tahun ini atau tidak, mengingat aturan pajaknya belum terbit.