SURABAYA – Penghapusan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) bagi tiga produk elektronik disambut gembira peritel elektronik. Pasalnya, harga barang-barang elektronik -terutama mesin cuci, TV, dan kamera– akan turun sekitar 5-10 persen. Dengan demikian, penjualannya diperkirakan akan melonjak.
''Penjualan elektronik segmen middle up bakal melonjak karena harganya menjadi kian terjangkau,'' kata Poedji Harixon, direktur UFO Elektronics, ritel elektronik di Surabaya, kemarin (13/10).
Pada 7 Oktober lalu, Menkeu Sri Mulyani merilis peraturan yang menghapus PPnBM untuk tiga produk elektronik. Permenkeu dimaksudkan untuk menjaga pertumbuhan industri elektronik di dalam negeri. Produk yang dihapus PPnBM-nya adalah TV ukuran 21-29 inci, mesin cuci berkapasitas di atas 6-10 kg, serta kamera digital seharga di bawah Rp 2 juta.
Semula, tiga produk tersebut dikenai PPnBM 10 persen, sesuai Permenkeu Nomor 620 Tahun 2004. Saat ini pemerintah sedang mengkaji penghapusan PPnBM 14 jenis barang elektronik lain.
Poedji menuturkan, harga elektronik yang bakal turun paling tinggi adalah LCD. ''Bisa turun sekitar 5-10 persen, sehingga penjualan bakal naik sekitar 20 persen,'' ujarnya.
Berdasar laporan Gabungan Elektronika (Gabel), permintaan TV nasional mencapai sekitar 3,2 juta unit per tahun. Sedangkan permintaan mesin cuci sekitar 400 ribu per tahun.
Namun, penurunan harga diperkirakan tidak dapat segera dinikmati konsumen. Poedji mengungkapkan, beberapa vendor dan prinsipal elektronik membatasi penjualan terkait dengan tren melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD.
''Kalau nilai tukar USD menyentuh Rp 10 ribu, harga barang elektronik seperti mesin cuci, AC, dan kulkas bisa naik 5-10 persen,'' tuturnya.
Pernyataan tersebut dibenarkan Sekretaris Jenderal Electronic Marketer Club (EMC) Handojo Soetanto. Menurut dia, beberapa produk elektronik, seperti AC dan kulkas, mulai naik 5 persen di tingkat produsen dan 10 persen di tingkat ritel.
''Jika nilai tukar USD berada di level Rp 9.500, agak berat. Tapi, (kenaikan harga elektronik di level itu) masih bisa di-absorb pasar. Kalau Rp 10.000 (per USD), bisa-bisa semua barang elektronik naik,'' kata dia. (aan/dwi)