Follow Us :

Jakarta, Kompas – Penerimaan minyak dan gas diperkirakan akan tersedot secara signifikan selama semester II-2008.

Akibatnya, selisih antara penerimaan dan pengeluaran migas atau biasa disebut net impact migas akan negatif Rp 310,6 miliar. Pada enam bulan mendatang, tekanan terhadap keuangan negara akan jauh lebih berat dibandingkan enam bulan sebelumnya.

”Pengeluaran migas akan terkumpul di semester II, sementara realisasi beberapa faktor yang bisa mendorong pengeluaran migas akan semakin menekan penerimaan negara dari sektor migas. Akibatnya, penerimaan migas di semester II akan lebih kecil Rp 310,6 miliar di bawah realisasi belanja migasnya,” papar Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR Suharso Monoarfa, Minggu (20/7) di Jakarta.

Dalam perhitungan net impact migas, pemerintah dan DPR memasukkan beberapa faktor yang menjadi bahan perhitungannya.

Faktor yang diperhitungkan sebagai penerimaan migas adalah Pajak Penghasilan (PPh) Migas, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) migas, serta realisasi domestic market obligation (DMO) atau besaran migas yang wajib dipasarkan ke dalam negeri oleh seluruh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas.

Adapun faktor yang diperhitungkan untuk pengeluaran migas adalah anggaran subsidi energi, baik subsidi bahan bakar minyak atau listrik, serta dana bagi hasil migas ke daerah.

Transfer dana ke daerah

Pada semester II-2008, penerimaan migas diperkirakan sebesar Rp 211,043 triliun atau melonjak 67,03 persen di atas realisasi semester I, yakni Rp 126,353 triliun.

Penerimaan migas di semester II tersebut diproyeksikan berasal dari penerimaan PPh Migas senilai Rp 36,033 triliun, lalu dari DMO Rp 8,029 triliun, dan PNBP migas sebesar Rp 166,981 triliun.

PNBP migas itu terutama dihimpun dari hasil penjualan minyak sebesar Rp 142,513 triliun dan gas Rp 24,468 triliun.

Menurut Suharso, meskipun penerimaan migas melonjak signifikan, proyeksi pengeluaran migas pun diperkirakan sangat tinggi.

Proyeksi anggaran belanja migas di semester II Rp 211,354 triliun atau naik 130,8 persen di atas realisasi pengeluaran migas semester I sebesar Rp 91,56 triliun. Ini yang menyebabkan pada semester II nanti net impact migasnya negatif Rp 310,6 miliar.

Pengeluaran migas didorong oleh subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang melonjak dari Rp 86,87 triliun di semester I ke Rp 119,795 triliun di semester II. Begitu juga subsidi listrik yang akan meningkat dari Rp 26,36 triliun di semester I menjadi Rp 62,075 triliun di semester II.

Pada saat yang sama, transfer dana bagi hasil ke daerah melonjak 529,9 persen dari Rp 4,68 triliun di semester I menjadi Rp 29,48 triliun di semester II.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya mengetahui implikasi dari kondisi net impact itu adalah melonjaknya anggaran subsidi BBM yang diperkirakan bisa membengkak dari Rp 126,8 triliun pada APBN Perubahan 2008 menjadi sekitar Rp 180 triliun.

Dengan penambahan anggaran subsidi tersebut, papar Menkeu, masyarakat akan mendapatkan harga BBM yang sama seperti harga yang diputuskan pemerintah sejak 23 Mei 2008 atau saat kenaikan harga BBM. (OIN)

error: Content is protected