Follow Us :

Jakarta :Perusahaan otomotif meminta pemerintah menunda pelaksanaan pajak kendaraan bermotor antara 10-20 persen. Kepala Divisi Penjualan PT Toyota-Astra Motor, Jodjana Jody mengatakan, penerapan pajak itu bisa menambah tekanan perkembangan sektor otomotif.

Jodjana menjelaskan, seretnya dana pinjaman untuk pembelian otomotif akibat krisis global, telah berpotensi menurunkan penjualan kendaraan bermotor. Terlebih bila pemerintah menerapkan pajak kendaraan bermotor yang rencananya mulai berlaku tahun depan. "Tekanan akan semakin berat," kata Jodjana di Jakarta, Selasa (14/10).

Presiden Direktur PT Toyota-Astra Motor, Johnny Darmawan memperkirakan penjualan mobil nasional tahun depan pada kisaran 500 ribu hingga 550 ribu unit. “Tahun depan jangan berharap terlalu tinggi,” kata Johnny.

Tahun ini, kata Johny, penjualan mobil nasional hanya akan terealisasi 580 ribu unit, dari target 600 ribu unit. Dan hingga bulan Oktober, total penjualan mobil nasional mencapai angka sekitar 460 ribu unit.

Otomotif, menurut Johnny, merupakan barang sekunder. Sehingga, saat krisis, orang cenderung mengutamakan kebutuhan primernya. Selain itu, faktor kemudahan dana pinjaman juga ikut berpengaruh.

Johnny menyebutkan tiga indikator penyebab penurunan penjualan sektor otomotif, yaitu likuiditas, suku bunga pinjaman, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. “Likuiditas dunia saat ini sekarang ini sedang payah,” katanya.

Suku bunga Bank Indonesia saat sebesar 9,5 persen. Tahun depan suku bunga diperkirakan sekitar 8,5 persen. Sementara nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat diperkirakan pada kisaran Rp 9.500 sampai Rp 10.000.

Sementara itu, untuk penjualan mobil Toyota, Johny menyebut, perusahaannya akan berusaha menjaga pangsa pasarnya yang mencapai sekitar 34 persen.

Direktur Pemasaran PT ToyotaAstra Motor, Joko Trisanyoto mengaku optimis penjualan mobil Avanza akan mampu menembus 80 ribu unit hingga akhir tahun, meski di tengah krisis keuangan. “Antara 75 ribu sampai 80 ribu,” kata Joko.

Ketua Bidang Infrastruktur dan Investasi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Chris Kanter mengatakan, saat ini perbankan memang ketat dalam pemberian kredit. Padahal, “Perbankan ini yang menjadi urat nadi bisnis dan masyarakat,” katanya.

Nieke Indrietta

error: Content is protected