JAKARTA – Penerimaan perpajakan dalam target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2010 diperkirakan meningkat sehingga menekan asumsi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2010 menjadi 1,3%,atau Rp77,1 triliun.
“Pertumbuhan penerimaan akan lebih baik daripada penerimaan tahun ini,” ujar Direktur Jenderal Pajak Darmin Nasution di Jakarta belum lama ini. Namun, lanjut dia, pertumbuhan penerimaan pajak bukan penyebab tunggal rendahnya asumsi defisit 2010 dibandingkan tahun ini yang diproyeksikan 2,5%, atau setara Rp139,6 triliun.
Alasan lainnya, karena pengeluaran pemerintah dalam target RKP 2010 juga dikurangi. Dalam RKP 2010, pengeluaran pemerintah dipatok Rp949,1 triliun,turun Rp88 triliun dari 2009 yang mencapai Rp1.037,1 triliun.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan (Depkeu) Anggito Abimanyu juga mengakui, defisit anggaran 2010 yang relatif kecil bukan lantaran penerimaan negara tahun depan akan membengkak. “Penerimaan akan naik moderat, sekitar 14%,”ujarnya.
Direktorat Jenderal Pajak mencatat, selama empat kuartal 2008 dan kuartal pertama tahun ini,pertumbuhan penerimaan pajak melambat. Darmin menyebutkan, pelambatan penerimaan pajak pada kuartal III/2008 terjadi akibat penurunan pajak pertambahan nilai (PPN). Sementara di kuartal berikutnya, giliran penerimaan pajak penghasilan (PPh) yang melesu.
Darmin mengatakan,penerimaan pajak setahun dalam APBN 2009 ditargetkan mencapai Rp661,8 triliun. Kendati masih ada pertumbuhan, tuturnya,penerimaan semakin melambat akibat terimbas krisis keuangan global dan pemberlakuan Undang-Undang PPh baru.
Terkait defisit 1,3% terhadap produk domestik bruto (PDB) dalam RKP 2010, Anggito mengatakan bahwa asumsi tersebut belum final karena akan menunggu perkembangan penerimaan hingga Agustus nanti.
Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Lukita Dinarsyah Tuwo mengungkapkan, pembiayaan defisit APBN 2010 masih meneruskan pola tahun-tahun sebelumnya seperti pinjaman dalam negeri dalam bentuk surat utang.
Sementara pinjaman luar negeri program diproyeksi hanya USD2 miliar atau sekitar Rp22 triliun. “Kecenderungan pembiayaan defisit tahun depan masih akan sama seperti tahun ini dan beberapa tahun sebelum ini.Pinjaman dalam negeri masih akan dominan,”ujarnya.