Pengenaan sistem pajak baru perberat kinerja
Perusahaan konstruksi memang berpeluang menangguk laba dari percepatan proyek infrastruktur pemerintah tahun ini.
Namun, pengenaan sistem pajak yang baru menjadi tantangan khusus yang membayangi kinerja. Sebagai salah satu kontraktor swasta, PT Total Bangun Persada Tbk diperkirakan mendapat keuntungan dari kenaikan pengembangan proyek perumahan dan nonperumahan pada 2010.
Pada tahun ini, peta industri konstruksi diperkirakan masih menantang bagi perusahaan swasta seperti Total Bangun. Margin pada 2008-2009 meredup karena memasukkan proyek Central Park yang margin kotornya hanya 4%.
Stimulus pemerintah di sektor infrastruktur kemungkinan tidak banyak membantu kinerja perseroan mengingat 75% proyeknya berasal dari pengembang properti swasta dan hanya 25% yang berasal dari BUMN dan sektor infrastruktur.
Dalam laporan risetnya, analis PT CIMB Securities Liliana S. Bambang memproyeksikan pendapatan Total Bangun melemah 22% pada akhir tahun ini dan baru meningkat sebesar 20% pada akhir tahun depan.
"Namun, margin seharusnya membaik pada 2010-2011 karena kenaikan kontribusi proyek campuran kecil-menengah yang membagikan margin antara 8%-10%," tuturnya dalam laporan riset per 23 Juni.
Proyeksi itu sejalan dengan sikap manajemen Total Bangun yang memangkas target pendapatan untuk tahun ini menjadi Rp1,6 triliun dari semula Rp2,15 triliun, terutama karena pengenaan pajak penghasilan (PPh) pekerjaan kontraktor bangunan.
"Kami merevisi target pendapatan menjadi Rp1,6 triliun karena dicabutnya kontrak-kontrak kami akibat PPh final pekerjaan kontraktor bangunan," ujar Direktur Total Arif Suhartojo (Bisnis, 10 Juli).
Berdasarkan ketentuan pajak yang baru, jelasnya, Total Bangun akan terkena PPh 3% ketika mengerjakan kontrak bangunan dan terkena lagi PPh 3% ketika melaksanakan subkontraknya.
Karena itu, total kontrak yang dikelola perseroan dari tahun lalu hingga Juli tercapai Rp2,4 triliun, atau meleset 25% dari target semula yang dipatok Rp3,2 triliun.
Dalam laporan terpisah, analis PT Trimegah Securities Tbk Stanley Tjiandra menyoroti faktor kenaikan beban pajak yang telah menekan laba bersih perseroan pada tahun lalu.
"Beban pajak ini tercatat 157,9% di atas estimasi kami yang hanya Rp13,6 miliar," tuturnya dalam laporan riset per 30 Maret.
Trimegah telah memasukkan tingkat pajak final sebesar 3% dalam model perhitungan. Namun, beban penuh aset pajak yang dialihkan senilai Rp17,4 miliar pada 2008 belum terantisipasi sehingga realisasi laba bersih Total Bangun jauh di bawah proyeksi broker tersebut.
Konservatif
Meski masih ada prokontra seputar aplikasi dan pengenaan sistem pajak PPh yang baru, manajemen Total Bangun memilih bersikap konservatif dan memenuhi pajak yang baru.
"Kami menilai sikap ini positif karena akan mengurangi risiko penekan bagi kinerja finansial perseroan pada akhir tahun ini yang masih berjalan," ujar Stanley.
Perseroan sejauh ini tidak mengubah target laba bersih 2009 yang dipatok Rp43 miliar, meski target pendapatan direvisi menjadi Rp1,6 triliun akibat faktor pajak tersebut. Alasannya, proyek alihan (carry over) dari tahun lalu masih besar.
"Kontrak alihan tahun lalu mencapai Rp1,4 triliun. Proyek itu antara lain empat gedung Ramayana di Samarinda, Cinere, Siantar, dan Abepura. Selain itu, gedung BRI di Jakarta, RS Syahrani di Kalimantan Timur dan 20 cabang Bank Mega," kata Arif.
Trimegah memperkirakan Total Bangun akan terus menjaga modal kerja dan pengelolaan risikonya secara konservatif, untuk menghadapi potensi kenaikan risiko di industri konstruksi.
Bisnis mencatat perseroan telah mengambil kredit siaga senilai Rp101 miliar pada tahun lalu, yaitu dari PT Bank Lippo Tbk senilai Rp26 miliar, PT Bank Central Asia Tbk sebesar Rp50 miliar dan PT Bank Danamon Tbk senilai Rp25 miliar.
Pinjaman bank itu digunakan untuk mengantisipasi fluktuasi harga bahan bangunan, mengingat posisi kas perseroan saat ini hanya Rp200 miliar. Keterbatasan kas juga membuat perseroan menghentikan program pembelian kembali saham (buyback).
Target saham
Seiring dengan membaiknya margin dari proyek campuran kecil menengah yang banyak digarap Total Bangun pada tahun depan, CIMB memutuskan mendongkrak harga saham TOTL di pasar menjadi Rp190 per saham, dari sebelumnya Rp100.
Broker asing itu mempertahankan rekomendasi netral saham TOTL dengan pertimbangan pergerakan saham tersebut telah sejalan dengan kontraktor regional. Target PER saham berkode TOTL itu dinaikkan dari 7,5 kali menjadi 10 kali.
"Kami menaikkan estimasi EPS saham Total sebesar 11%-39% untuk periode 2009-100 setelah memasukkan faktor perbaikan margin dan estimasi kenaikan pendapatan," tutur Liliana.
Di sisi lain, Trimegah memutuskan menghentikan rekomendasi terhadap saham TOTL karena masih merevisi estimasi laba per saham (EPS). Revisi tersebit, diperkirakan diwarnai bias positif kemajuan margin kotor dan juga akuisisi proyek baru.
Dari sisi aset, saham tersebut saat ini ditransaksikan pada level diskon 17,2% dibandingkan dengan posisi kas akhir tahun lalu sebesar Rp116 per saham. Di perdagangan kemarin, harga saham perseroan ditutup pada level Rp210, atau naik 138,64% sepanjang tahun.