Buruknya resesi membuat sebagian warga Amerika Serikat (AS) kehilangan pekerjaan, rumah, dan investasinya. Kemampuan membayar pajak juga turun.
Beberapa pihak meramalkan tunggakan pajak akan melonjak. ?Perkiraan kami meningkat 280 persen,? kata Richard Boggs, Pemilik dan Chief Executive Officer (CEO) Nationwide Tax Relief, perusahaan yang memberikan jasa bantuan penyelesaian pajak, di Los Angeles, seperti dikutip Reuters.
"Penunggak pajak sangat ketakutan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada mereka karena sebelumnya tidak pernah menunggak pajak. Semoga Tuhan memberkati mereka," ucapnya.
Beberapa penasihat pajak mengatakan bahwa pelemahan ekonomi telah menjadikan tunjangan kerja dan pendapatan wajib pajak berkurang. Akibatnya, mereka takut jika berhadapan dengan petugas pajak. Seiring neraca keuangan keluarga yang semakin minim, banyak warga AS kesulitan memenuhi tagihan harian, termasuk membayar pajak.
"Wajib pajak tidak membayar kewajibannya karena mereka membelanjakan uang yang sebelumnya dialokasikan membayar pajak untuk keperluan yang lebih penting," papar akuntan Weinstein & Anastasio Kristin Lavieri, di Hamden, Connecticut.
Lavieri menambahkan, wiraswastawan selama ini rajin membayar pajak tiap kuartal. "Ketika uang mereka tidak cukup untuk membayar biaya operasional, mereka tidak mampu lagi membayar pajak kuartalan," tutur dia.
President Serenity Inc Larry Walker Jr menjelaskan, sebagian wiraswastawan juga dibingungkan kewajiban keuangan jangka panjang seperti asuransi dan dana pensiun. Banyak di antaranya mencairkan dana pensiun sebelum jatuh tempo. Namun, langkah ini memberikan konsekuensi pajak. Berdasarkan aturan pajak AS, pencairan dana pensiun sebelum usia 59,5 akan dikenakan pajak pendapatan dan pajak tambahan sebesar 10 persen.
"Jumlah wajib pajak yang terkena masalah pajak naik tiga kali lipat. Ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi lebih buruk dari perkiraan," jelas Boggs. Di AS, masalah pajak sangat tabu dibicarakan. Sebanyak 40 persen klien Boggs mengatakan tidak ada yang tahu bahwa dia bermasalah dengan pajak, termasuk pasangannya. "Ketika mereka tahu tidak bisa membayar pajak, mereka menyembunyikannya," ujar dia. Dirjen Pajak AS (Internal Revenue Service/IRS) tahun ini menunjukkan sikap yang lebih ramah. "Kita tahu realitas ekonomi yang dialami wajib pajak," kata Komisaris IRS Doug Shulman.
"Kami bersedia bekerja sama dengan masyarakat," ujarnya. Namun, sebagian besar warga AS tidak percaya janji Shulman ini. Tahun ini IRS ditargetkan mengumpulkan pajak USD3 triliun. IRS berjanji akan bersikap fleksibel dalam menagih pajak. IRS juga menjanjikan pengurangan atau penundaan pembayaran pajak bagi wajib pajak yang terkena dampak krisis. IRS berjanji tidak akan membangkrutkan wajib pajak yang kesulitan membayar pajak mereka.
Boggs mengatakan, aturan pajak yang tegas dan sejarah masa lampau tentang ketegasan petugas pajak masih menghantui warga AS. Penasihat Hukum Pajak Nina Olson dalam laporannya ke Kongres AS membenarkan pernyataan Boggs tersebut. Aturan pajak AS belum pernah direvisi sejak 1989. Pelanggaran pajak akan memberikan konsekuensi hukum yang sangat serius. Perempuan tua (61 tahun) di Austin yang enggan disebut namanya mengatakan, saat ini dia memiliki utang pajak USD3. 000.
Dia menjelaskan bahwa kemampuannya membayar pajak musnah setelah dia menderita penyakit berat. Dia telah mencicil tunggakan pajak tersebut selama enam bulan. Namun, setelah 16 tahun, utang pajak ini membengkak menjadi USD60. 000 akibat sanksi denda. Saat ini IRS memotong tunjangan sosial miliknya sebesar USD133 per bulan. IRS melakukan hal itu berdasarkan program pembayaran pajak melalui pemotongan pendapatan.
Aturan ini memungkinkan IRS memotong pembayaran tunjangan pemerintah sebesar 15 persen hingga wajib pajak membayar utangnya. Program ini juga berlaku pada warga AS yang pendapatannya sangat rendah. Warga kaya AS juga mengalami peningkatan masalah pajak seiring semakin parahnya resesi.
"Beberapa klien kaya kita mengalami masalah besar. Mereka tidak memiliki dana tunai untuk membayar tagihan," ungkap CEO dan President Veba Plan LLC Lance Wallach.