JAKARTA. Obligasi Negara Ritel Indonesia seri 6 (ORI006) laris karena bunga perbankan sedang rontok. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengakui, para pemilik uang berpaling ke ORI006 untuk mengamankan penghasilan mereka di saat tren penurunan bunga.
ORI juga lebih menggoda dibandingkan produk perbankan karena tarif pajak penghasilannya lebih rendah. “Pajak atas penghasilan bunga ORI hanya 15% sementara pajak atas bunga deposito 20%,” ujar Rahmat.
Head of Debt and Capital Market OSK Nusadana Securities Heru Helbianto memprediksi, penjualan ORI006 bakal lebih tinggi disbanding ekspektasi awal. Namun Heru tak setuju kalau dibilang penyebabnya adalah penurunan bunga perbankan.
Heru menduga, dana yang ditempatkan ORI bukanlah dana yang semula berada di deposito. “Kita sudah mengalami penerbitan ORI sebanyak 5 kali dan tidak ada fenomena penerbitan ORI mengerus dana bank,” jelasnya.
Meski permintaan ORI006 membludak, rupanya tidak sedikit juga agen penjual yang masih harus bekerja keras mengejar target penjualan.
Ambil contoh PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk. Penjulan ORI di BII hingga Selasa (28/7) baru Rp 25 miliar. Padahal, BII menargetkan penjualan ORI senilai Rp 150 miliar. Karena masih jauh dari target, BII tak berencana menambah penawaran. “Kami akan fokus menjual ORI ke sektor ritel,” ujar Sutyas Murti, Kepala Divisi Treasuty BII.
Salah satu agen penjual dari perusahaan sekuritas, Trimegah Sekuritas juga mengaku masih berupaya mencapai target awal. “Kami akan mengoptimalkan target yang sudah kami tetapkan, yakni sekitar Rp 150 miliar hingga Rp 200 miliar,” tutur Rosinu, Direktur Trimegah.