Follow Us :

JAKARTA. Bulan lalu, Pemerintah menerbitkan aturan yang mengizinkan biaya promosi dan penjualan menjadi faktor pengurang penghasilan kotor dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Cuma, khusus untuk industri rokok dan farmasi, Pemerintah menetapkan batasan khusus.

Manajemen PT Kimia Farma Tbk (KAEF) meyakini hal ini bukanlah insentif, tapi justru akan memberatkan para pengusaha. Sebab, Pemerintah menetapkan biaya promosi industri farmasi yang bisa menjadi pengurang penghasilan kotor maksimal hanya 2% dari omzet dan maksimal Rp 25 miliar.

Padahal, menurut Direktur Pemasaran KAEF Agus Anwar, biaya promosi KAEF lebih dari 2%. KAEF mengucurkan biaya promosi 10% dari penjualan obat-obat bermerek, di luar obat generik. Dus, mereka tak bisa mendapat insentif dan akan membayar pajak lebih besar. "Kami bisa rugi nanti," katanya.

Analis Danareksa Securities Naya Tirambintang setuju, batasan biaya promosi akan menambah pendapatan kena pajak. "Tentu akan menggerus laba bersih," katanya.

Untungnya, peraturan pemerintah itu belum terlaksana. Dugaan Agus, ini akan berlaku di semester kedua. "Kami belum menghitung pengaruhnya atas kinerja KAEF semester II," imbuhnya.

Tapi, Analis Kresna Graha Sekurindo Mardesiana melihat, peraturan itu takkan besar pengaruhnya bagi KAEF. Sebab, "Biaya promosi KAEF tak sebesar Kalbe Farma (KLBF)," ujarnya. KAEF lebih mengandalkan bisnis apotek, adapun promosi KAEF banyak terbantu proyek pemerintah.

Harga saham mahal

Di luar ganjalan itu, perusahaan farmasi yang memiliki merek obat seperti Oralit, Antalgin, dan Neurodial ini tetap berencana ekspansi tahun ini. KAEF akan menambah apotek dan mengembangkan bisnis dengan sistem waralaba. KAEF juga akan mengembangkan obat-obat baru dengan fokus obat kanker.

Guna mendanainya, KAEF menganggarkan belanja modal alias capital expenditure Rp 50 miliar. Capex itu lebih besar 78,57% dari capex tahun lalu yang cuma Rp 28 miliar.

Hingga kuartal I-2009, kinerja KAEF cukup baik. Pendapatannya naik 15,77% menjadi Rp 533,28 miliar. Sedang laba bersih tumbuh 14% menjadi Rp 12,55 miliar. "Penjualan KAEF mayoritas ke pasar ritel, jadi margin lebih tinggi," jelas Agus. KAEF yakin pendapatan 2009 bisa naik 11,1% menjadi Rp 3 triliun dan laba bersih naik 6,14% jadi Rp 59 miliar.

Namun menurut data Bloomberg, Price Earning Ratio (PER) KAEF lumayan tinggi yakni 14,33 kali. Bandingkan dengan PER KLBF yang 13,06 kali. Secara teknikal, harga saham KAEF juga cenderung akan turun setelah bergerak mendatar sejak Maret lalu. "Hingga saat ini belum ada sentimen positif untuk saham KAEF", kata Mardesiana.

Analis BNI Securities Muhammmad Alfatih sependapat. Ia merekomendasikan jual saham KAEF karena menurutnya harga wajar saham ini hanya Rp 145 per saham. Kemarin (14/5), saham KAEF Rp 147 per saham.

error: Content is protected