Penerimaan PPN Impor Turun
Jakarta, Kompas – Krisis ekonomi global mulai berimbas pada penerimaan negara bulan Oktober 2008. Hal ini disebabkan oleh merosotnya volume transaksi bisnis akibat turunnya permintaan dunia sehingga menekan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dari impor.
Dirjen Pajak Darmin Nasution, Selasa (11/11) di Jakarta, mengatakan, pertumbuhan penerimaan pajak Oktober 2008 melambat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Itu ditandai dengan pertumbuhan penerimaan pajak di bulan Oktober 2008 yang hanya mencapai 21,25 persen terhadap penerimaan pajak Oktober 2007. Padahal, di bulan-bulan sebelumnya, kenaikan penerimaan pajak mencapai 39-40 persen.
”Itu artinya krisis keuangan dunia mulai berdampak pada penerimaan pajak meskipun nilainya belum signifikan,” ujarnya.
Perlambatan penerimaan pajak disebabkan dua faktor. Pertama, timbulnya persepsi pengusaha yang pesimistis terhadap masa depan perekonomian dunia sehingga mereka mengurangi volume produksinya. Pengurangan produksi menyebabkan impor bahan baku pun dikurangi.
Kedua, persepsi yang pesimistis itu juga menyebabkan berkurangnya realisasi pembiayaan pengusaha. Kedua hal itu menyebabkan jumlah transaksi bisnis sebagai basis perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurun.>w 9736m<
”Sementara penerimaan dari PPh (Pajak Penghasilan) belum terpengaruh karena perhitungan PPh berbasiskan laba, bukan atas transaksi,” ujar Darmin.
Merosot
Di tempat terpisah, Dirjen Bea dan Cukai Anwar Suprijadi menyebutkan, impor yang tercatat turun paling rendah adalah impor barang-barang perkebunan dan ternak. Itu ditandai turunnya penerimaan PPN impor di sektor perkebunan dan ternak dari Rp 84,01 miliar pada bulan September 2008 menjadi Rp 41,456 miliar pada Oktober 2008.
Begitupun dengan penerimaan PPN impor barang elektronik yang turun dari Rp 770 miliar pada September menjadi Rp 684 miliar pada Oktober 2008. Adapun penerimaan PPN impor barang tambang menurun menjadi Rp 49,456 triliun.
”Impor barang tambang berkurang 1,75 persen; lalu bahan bakar minyak turun 16,9 persen; kemudian impor elektronik turun 12,15 persen. Ternak dan perkebunan menurun 50,66 persen. Meski demikian, impor di industri kimia hulu dan logam masih meningkat,” ujarnya.
Secara keseluruhan, total penerimaan pajak yang dihimpun Ditjen Pajak pada Januari-Oktober 2008 mencapai Rp 463,98 triliun atau naik 43 persen dibandingkan dengan penerimaan pada periode yang sama tahun 2007, senilai Rp 324,295 triliun. Realisasi penerimaan itu setara dengan 86,8 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN Perubahan 2008.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi mengatakan, penerimaan PPh tahun 2009 berpotensi anjlok karena keuntungan pengusaha berkurang. Seluruh industri baru merasakan dampak krisis global yang menekan permintaan pada tahun 2009.
Pemerintah harus mempercepat realisasi belanja untuk menggerakkan sektor riil dalam negeri. Pasar domestik harus digenjot sehingga permintaan dalam negeri bisa diandalkan menyerap produksi nasional. (OIN/HAM)