Follow Us :

Penurunan harga minyak mentah dunia yang kini di level US$ 120 per barel membuka peluang defisit anggaran tahun ini berkisar 1,7% atau lebih rendah dibandingkan asumsi dalam APBN Perubahan 2008 sebesar 2,1 % terhadap produk domestik bruto (PDB). "Namun, pemerintah tetap harus berhati-hati memantau perkembangan perekonomian global saat ini," kata Chief Economist BNI Tony Prasetyantono, di Jakarta, Minggu (3/8).

Tony mengatakan, defisit anggaran seharusnya maksimal 2% terhadap PDB dan pemerintah sebenarnya memiliki celah untuk menurunkan angka defisit. Dengan defisit 1,7%, selain ideal menjaga dorongan pertumbuhan ekonomi, bisa mendorong belanja modal pemerintah berjalan optimal.

"Defisit 1,7% terhadap PDB cukup ideal. Jangan di bawah itu, karena bisa menurunkan stimulus fiskal," tutur dia.

Sementara itu, Sekretaris Menteri Negara PPN/Sestama Bappenas Syahrial Loetan mengatakan, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya pengurangan defisit. Pertama adalah terus menurunnya harga minyak dunia ke level US$ 120 per barel," papar dia.

Kedua, lanjut dia, berdasarkan catatan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) terlihat bahwa realisasi belanja pemerintah pusat hingga semester 1-2008 hanya mencapai 35,4% atau Rp 246,860 triliun dari total pagu APBN-P 2008 sebesar Rp 697,071 triliun.

Ketiga, pemerintah juga memiliki ekspektasi penerimaan negara dari sektor minyak bumi dan gas meningkat, terutama didorong peningkatan realisasi lifting yang mencapai 1 juta barel per hari pada Juni 2008. Angka tersebut di atas realisasi rata-rata lifting sebesar 925.000 barel per hari," tutur dia.

Meski demikian, menurut Syahrial, pemerintah tetap akan berhati-hati menyikapi celah potensial menurunkan realisasi defisit. Selain untuk memelihara stimulus fiskal, asumsi penurunan defisit tersebut masih bersifat sementara.

Dia menambahkan, perkiraan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bahwa harga minyak mentah dunia bakal turun hingga level USS 70 per barel dalam beberapa waktu mendatang tilnk bisu dijadikan pegangan, karena dasar asumsinya belum jelas.

"Karena itu, perlu dilihat dulu apakah celah ini bisa kami lakukan ntmi tidak, minimal setelah tiga bulan dari sekarang," kata Syahrial.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya juga memprediksi defisit APBN-P 2008 hingga akhir tahun sekitar 1,8% dari PDB atau lebih rendah dari asumsi yang ditetapkan dalam APBN-P 2008 sebesar 2,1%. Penurunan asumsi defisit itu karena penerimaan negara dari pajak dan cukai semester pertama yang cukup bagus.

Kinerja penerimaan pajak hingga semester 12008 sebesar Rp 307.5 triliun atau 50,5% dari target APBN-P 2008. Sedangkan penerimaan cukai periode tersebut juga 22% di atas target.

Realokasi Belanja Modal

Sementara itu, Wukil Ketua Panitia Anggaran DPR Harry Azhar Azis mengatakan, sebenarnya ukan jauh lebih baik bagi pemerintah untuk tidak menurunkan defisit tetapi melakukan realokasi ke belanja modal lebih besar. "Artinya, besaran dann untuk mengurangi defisit ditambah ke belanja modal," ucap dia.

Menurut Harry, langkah realokasi tersebut diperlukan untuk mengompensasi pemotongan 10% belanja pada APBN-P 2008, sehingga dapat mendorong lagi pertumbuhan ekonomi dan membuka potensi penciptaan lapangan kerja serta menurunkan angka kemiskinan. "Inilah pilihan politik anggaran yang memihak rakyat," ucap dia.

error: Content is protected