Follow Us :

TOKYO: Pemerintah Jepang tidak seharusnya menaikkan pajak konsumsi karena dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

"Saya masih bertanya apakah pilihan untuk segera meningkatkan pajak konsumsi cukup bijaksana. Ini bukan waktunya meningkatkan pajak penjualan, sebelum ekonomi dipulihkan," ujar Taro Aso, kandidat kuat Perdana Menteri Jepang, kemarin.

Sebaliknya, sebelum mundur, mantan PM Jepang Yasuo Fukuda pernah berujar tanpa menaikkan pajak konsumsi, Jepang tidak mungkin membangun struktur fiskal yang sehat, apalagi mengembangkan sistem keamanan sosial yang memuaskan masyarakat. Karena itu, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang jelas bagaimana menangani masalah itu.

Aso, yang bulan ini genap berusia 68 tahun, merupakan kandidat yang dinilai lebih baik dalam jajak pendapat untuk menggantikan Fukuda.

Sampai kemarin, lima kandidat telah mendaftar untuk bersaing dalam pemilihan ketua Partai Liberal Demokrat, termasuk Menteri Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Jepang, Kaoru Yosano.

Surat kabar yomiuri, menyebutkan ketua partai terpilih akan menjadi Perdana Menteri karena partai itu mengontrol semua majelis di negara itu. Aso anggota resmi partai telah mendapatkan dukungan lebih dari 40%, dari pembuat kebijakan di Partai Demokrat Liberal.

Pemilihan pimpinan partai dijadwalkan pada 22 September. Kandidat lainnya, yaitu Yuriko Koike yang merupakan wanita pertama calon PM Jepang, dan Menteri Pertahanan Shigeru Ishiba.

Inflasi melemah

Sementara itu, pada perdagangan Jepang, laju inflasi melambat untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir, menyusul penurunan harga minyak dan sejumlah komoditas, yang menandakan tekanan harga mulai mereda, pada negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia itu.

Bank of Japan mengatakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar energi dan bahan mentah meningkat 7,2%, dibandingkan awal tahun. Realisasi peningkatan biaya pada Juli mencapai 7,3%. Sejak Juli, harga produsen turun 0,1%, dan merupakan penurunan pertama sejak September 2007.

Perlambatan inflasi ini mengurangi beban sejumlah perusahaan yang merugi akibat ketidakstabilan harga energi dan komoditas.

Kemarin, harga minyak turun 29%, sejak mencapai harga tertinggi pada Juli, dan gandum turun ke posisi yang rendah tahun ini.

"Harga perdagangan Jepang naik mencapai puncak, dalam batasan yang wajar dengan inflasi global," ujar Azusa Kato, ekonom dari BNP Paribas SA, di Tokyo.

error: Content is protected